Sabtu, 27 Agustus 2011

Varia-Tale: Squallo Became Cinderella Part 1

Disclaimer : Varia dan KHR bukan punya saya. Itu punya Akira Amano-sensei
Varia Tale itu baru punya saya.

Warn::cerita garing, Boys love, gak ada lemon (gak bisa buatnya)
Enjoy all
****

Dahulu kala, disebuah negeri, hiduplah seseorang bernama Superbi Squallo, biasa dipanggil Squally eh salah Squallo maksudnya.  Dia hidup bersama seorang ibu tiri dan dua saudara tiri. Ibu tirinya bernama Lussuria sedangkan saudara-saudaranya bernama Belphegor dan Fran.

“Ushishishi…. Hey, Squally ambilkan minuman untuk pangeran sekarang!”

“VOOOIIII!!!! Kenapa aku harus dapat peran pembantu seperti ini????”

“Ushishi… sudahlah Squally jangan mengeluh. Cepat ambilkan pangeran minuman.”

“VOOIII!! KAU BERANI MEMERINTAHKU, PANGERAN GAGAL?!”

“Itu tuntutan peran Squally, pangeran tidak suka menunggu terlalu lama. Ushishishi”

“Sen.. ah bukan. kakak, kau itu bukan pangeran jadi berhentilah menyebut dirimu pangeran.”

“Ushishi… kodok sepertimu tak berhak  mengata-ngatai pangeran” *ngelempar pisau ke Fran”

“Aw… sakit, kakak. Squally cepat ambilkan perban.”

“VOOOII!! Kodok aneh! kau berani memerintahku juga?! Kau pikir aku siapa hah?!!”

“Namamu Superbi Squallo, saat ini kau berperan sebagai Cinderella walaupun kami tidak memanggilmu seperti itu. Jadi cepat ambilkan perban untukku.”

“Ushishishi… benar apa yang dikatakan kodok busuk itu. Jadi cepat ambilkan minuman, pangeran sudah haus. Ushishi…”

“VOOOOIIII!!! INI MENYEBALKAN!!!”

 Sementara ketiga orang itu (Squallo, Bel, Fran) sedang bertengkar, Lussuria si ibu tiri tiba tiba muncul dari pintu depan.

“Spada…. Bel-chan, Fran-chan, ibu sudah pulang..” teriak Lussuria sesaat setelah dia membuka pintu rumahnya.

“Ushihishi… ayam bodoh sudah pulang. Hei Luss kau bukan ibuku, dan panggil aku pangeran. Dan pangeran tidak mengijinkan ayam bodoh sepertimu memanggilnya Bel-chan, kecuali kau ingin beberapa pisau melayang kearahmu.. Ushishishi…”

“Ara… Bel-chan… di cerita ini akukan ibumuuu…. “

“Benar apa kata sen.. ah bukan kakak, ayam sepertimu tidak pantas jadi ibu.”

“Ya ampuun… sampai-sampai Fran juga… Squally… kau masih menganggap aku ibu kan..” *mata berkaca-kaca*

“Voi! kamu gila ya! Aku-tidak-akan-pernah-sudi-punya-ibu-sepertimu, ayam idiot!”

“Kalian…. Kalian…. Jahat….. huweee” *lari keluar rumah*

Sementara itu, di istana Vongola, sang raja yang bernama Secondo sedang sibuk membangunkan putra semata wayangnya yang bernama Xanxus yang sedang tertidur di kursi kesayangannya.

“Xanxus.”

“….”

“Xanxus.”


“….”

“Xanxus!!”

“…..”

“XANXUS!! BANGUN SEKARANG JUGA PANGERAN SIALAN.”

“Cih. Berani juaga kau membangunkanku raja sialan.” *melotot ke Secondo*

“Terserah apa katamu. Apa kau sudah menemukannya?” *bales melototin Xanxus*

“Belum.”

“Kalau begitu….”

 Secondo keluar dari ruangan Xanxus tanpa menyelesaikan ucapan terakhirnya, dan hal ini membuat Xanxus penasaran. Karena itu setelah pintu didepannya tertutup dia langsung menyambar telepon dan memanggil salah seorang bawahannya.

“Selidiki apapun yang sedang dilakukan oleh Secondo. Aku ingin laporan sudah ada dimejaku nanti malam.”

“Baik Pangeran.. eh Boss.”  (rasanya aneh kalo Xanxus dipanggil pangeran… jadi dipanggil Boss aja)

Malamnya Xanxus sudah menanti-nanti laporan yang dibawa oleh bawahannya yang bernama Levi. Setelah Levi menyerahkan laporan tersebut Xanxus langsung merobek pita yang melingkari kertas tersebut. Xanxus sedikit heran saat melihat tulisan ‘undangan pesta’ di bagian atas kertas tsb.

“Hei, sampah! Apa maksud undangan ini?”

“Lebih baik anda baca dulu, Boss.”


Diberitahukan kepada seluruh penduduk kerajaan Vongola, istana akan mengadakan pesta besar-besaran untuk mencari kandidat pendamping yang mulia pangeran Xanxus. Pesta ini akan diadakan akhir minggu ini. Kami mengaharapkan seluruh rakyat agar dapat berpartisipasi dalam acara tersebut.
Vongola Secondo


“Jadi… “

“Jadi, pesta itu diadakan untukmu, Boss.”

“Dan itu untuk…”

“Yang mulia Secondo bermaksud mencarikan pasangan hidup untuk anda.”

“…..”

“Boss?”

“Keluar.”

“Baik Boss.”

Xanxus merasa kepalanya serasa mau pecah. Ayah sialan itu mau mencarikannya istri?? Memangnya dia anak kecil?

BRAAK

“Hei, Raja sialan…”

“Ah.. Xanxus, ada apa kau mendobrak pintuku seperti itu? Kalau keperluanmu tidak mendesak, kuharap kau segera angkat kaki dari sini.” *pasang tampang cool walau hatinya deg-degan*

“Apa maksudmu dengan ini.” *nunjuki undangan ke muka Secondo*

“Ini undangan kan?” *pasang tampang bloon* (dibakar secondo)

“Ya elah….. anak TK juga tau!”

“Lalu, ada apa dengan itu?”

“Cih! Jangan pura-pura bodoh raja sialan! Kau tahu apa maksudku!”

“Ah, soal itu. Itu sudah keputusanku. Bahkan kau sekalipun tidak bisa mengubahnya. Kalau kau ingin sebegitunya menentangku jadilah raja negeri ini!” *pasang tampang sok bijak*

“Kalau itu keinginanmu…” *ngeluarin api dari tangannya*

“Huh! Kau bisa saja membunuhku. Tapi, kau melupakan satu hal, Xanxus.”

“Apa maksudmu?”

“Kalau kau ingin jadi raja, kau harus lebih dulu mempunyai istri.”

“Apa?...”

Keesokan harinya saat Cinderella kita tersayang Squally, eh Squallo sedang menyapu…

“VOOOIII!!! KENAPA HARUS NYAPU?! AKU BUKAN PEMBANTU! SIALAN!”

Squally, kuharap kau tidak memotong narasiku lagi, kalau tidak aku terpaksa membuat cerita ini menjadi lemon. kau tidak mau itu kan? *Squallo ngangguk-ngangguk* bagus. Emh.. sampai mana ya… *buka catetan* ah, Squallo sedang menyapu pekarangan rumahnya, saat sebuah limousine kerajaan berhenti tepat didepan pagar rumahnya.

“Voi! Ada apaan ini?”

“AH, nona pemilik rumah ini? Kami dari kerajaan mau mengantarkan undangan.” *nyerahin gulungan kertas ke Squallo*

“VOOOIIII! GUE BUKAN PEREMPUAAAAN!! DASAR LO PRAJURIT SIALAN!!”

“ma..maaf. habis rambutnya panjang sih. Tapi.. nih undangannya. Katanya sih buat nyari istrinya pangeran Xanxus.”

“…. Ya udah pergi sono!” (kok jadi pake bahasa campuran ya??? Jadi bingung)

Karena merasa tidak tertarik sedikitpun dengan undangan itu, Squallo membawana kedalam rumah untuk diberikan kepada orang-orang gila di rumahnya.

“VOI! Ada undangan dari kerajaan nih.” *lempar undangan ke atas meja*

“Ushishishi… itu pasti undangan utuk pangeran.”

“Itu tidak mungkin, sen… kakak. Tidak ada orang waras yang mau mengirimimu undangan.”

“Ushishishi… kau terlalu banyak bicara kodok.” *ngelempar pisau ke Fran*

“Aw… itu sakit senpai…..”

“Ushishishi… lebih baik kubuka saja undangan ini.”

“Apa isinya?”

“Kodok sepertimu tidak perlu tau isi surat yang ditujukan pada pangeran sepertiku. Ushishishi. “

Belum sempat Bel membaca undangan itu, tiba-tiba Lussuria datang dan mengambil kertas itu dari tangan Bel.

“Apa ini?” *liat isi suratnya* “Eh? Undangan pesta… hm… pesta dansa untuk mencari pendamping pangeran Xanxus… kekeke…ini bisa kumanfaatkan untuk medapatkan posisi ratu. Anak-anak, kita akan menghadiri pesta ini! Aku ingin kalian bersiap siap!.”

“Ushishishi… aku bukan anakmu ayam bodoh.”

“Aku juga.”

“Yah… terserah deh. Tapi pokoknya mingu besok kita akan pergi ke istana untuk menghadiri pesta ini.” *ngacung-ngacungin undangan ke muka Bel ama Fran*

“Shishishi… terserah. Lagipula sejak awal undangan itu ditujukan untuk pangeran sepertiku.”

Keesokan sorenya, Lussuria, Belphegor, dan Fran sudah bersiap-siap untuk pergi ke pesta dansa istana. Mereka mengenakan baju yang sangat bagus hasil rancangan Ivan Gunawan yang harganya berates-ratus juta. Saat akan berangkat, Lussuria berbicara empat mata dengan squallo di depan pintu.

 “Squally, kau bisa jaga rumah kan? Kau tidak akan pergi kemana-mana kan? Aku sama sekali tidak mengharapkan kehadiranmu disana sebenarnya… jadi kuharap kau tidak meninggalkan rumah malam ini.”

“VOOIII! Tidak usah di ingatkan aku juga sudah tau! Aku tidak sudi pergi ke tempat laknat itu!!”

“bagus kalau begitu. Kami pergi dulu ya, Squ-chan.” *ngedipin mata ke Squallo*

*muntah* “VOOOII!! SEKALI LAGI LO PANGGIL GUE KAYAK GITU, GUE CABUT KEPALA LO! DASAR AYAM SIALAN!”

Setelah ketiga orang itu pergi, Squallo berjalan memasuki rumahnya. Setelah menutup pintu, dia berjalan ke kamarnya yang terletak di lantai 2. Disana, dia menghampiri rak yang penuh dengan berbagai judul film, baik nasional maupun internasional. Dia mengambil beberapa kotak disk dan menaruhnya diatas meja.

“Harry Potter 7, Eragon, Pretty Woman, Hulk, ah, Naruto! Ini aja deh.” *masukin kaset ke dvd player*

Saat Squallo sedang asyik-asyiknya nonton film kesukaanya, tiba-tiba didepannya muncul sesosok bayi mengenakan jas berwarna hitam dan topi fedora yang juga berwarna hitam.

“Ciao.”

“…” *ngedip-ngedipin mata liat Reborn yang tiba-tiba muncul*

“Aku bicara padamu, Superbi Squallo. Kalau kau masih tetap tidak mempedulikanku, aku terpaksa membuatmu mempedulikanku walau harus pakai kekerasan.” *ngeluarin pistol*

“Vo..voi! tidak usah pakai kekerasan seperti itu. Lagi pila siapa kau? Kok bisa masuk kesini?”

“Aku akan membuatmu pergi ke pesta dansa.”

“Ogah ah. Nagapain juga kesana. Kurang kerjaan banget sih!”

“Apapun yang terjadi… kau akan pergi kesana, Squallo.

 “VOOII!!! emangnya kamu siapa hah!?”

“Aku? Aku ini Arcobaleno yang ditugaskan untuk membuatmu pergi ke pesta.”

“VOI! Kalo gitu lawan aku! Kalau aku menang, aku tidak akan pergi kepesta sialan itu. Tapi kalau aku kalah akan kulakukan apapun yang kau suruh. Gimana? Deal?”

“Baiklah. Keluarkan semua jurus terbaikmu kalau kau tidak ingin kalah dariku,”
****

Sabtu, 13 Agustus 2011

Linkin Park_Iredescent

You were standing in the wake of devastation
You were waiting on the edge of the unknown
With the cataclysm raining down
Inside's crying save me now
You were there and possibly alone

Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go
Let it go

And in a burst of light that blinded every angel
As if the sky had blown the heavens into stones
You felt the gravity of tempered grace
Falling into empty space
No one there to catch you in their arms

Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go
Let it go

Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go

Let it go
Let it go
Let it go
Let it go

Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go
Let it go